Dengan peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), beberapa saham perusahaan milik negara mengalami penurunan. Meskipun demikian, CEO Danantara dan Menteri Investasi Rosan Roeslani tetap optimis terhadap kondisi pasar saham. Menurutnya, berbagai faktor telah mempengaruhi koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir. Rosan menekankan bahwa investasi di pasar modal harus dipandang dari perspektif jangka panjang.
Rosan Roeslani menjelaskan bahwa penurunan harga saham BUMN bukanlah fenomena baru dan telah terjadi dalam periode tertentu. Dia menyebutkan bahwa ada berbagai faktor yang berkontribusi pada tren ini, termasuk faktor teknikal, fundamental, serta dinamika pasar. Pergerakan saham, baik naik maupun turun, merupakan hal yang wajar dalam dunia pasar modal. Dalam konteks ini, Rosan juga merujuk pada dampak eksternal, seperti keputusan Morgan Stanley yang memangkas peringkat MSCI Indonesia.
Berbagai faktor telah berperan dalam penurunan saham, mulai dari faktor teknikal hingga faktor fundamental. Rosan mencatat bahwa koreksi IHSG hingga keluar dari level 7.000 tidak lagi menjadi hal yang asing. Faktor-faktor tersebut mencakup kondisi pasar, ketidakpastian ekonomi domestik, dan langkah-langkah dari lembaga keuangan internasional. Misalnya, Morgan Stanley memangkas peringkat MSCI Indonesia dari equal weight menjadi underweight pada 19 Februari 2025. Ini menunjukkan adanya ketidakpastian iklim ekonomi di Indonesia. Namun, Rosan yakin bahwa dengan melihat secara komprehensif, kondisi ini akan segera membaik.
Meski menghadapi tekanan pasar, Rosan tetap optimistis tentang prospek saham di masa depan. Menurutnya, valuasi saham-saham penggerak indeks saat ini sangat menarik dan terjangkau. Dia meyakini bahwa kondisi pasar akan rebound dan kembali naik. Rosan menekankan pentingnya melihat investasi dari perspektif jangka panjang untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Rosan Roeslani menegaskan keyakinannya bahwa saham Indonesia akan rebound dan kembali naik. Dia menilai bahwa valuasi saham-saham besar yang menggerakkan indeks sudah sangat terjangkau dan menarik bagi investor. Meski IHSG turun 2,8% dalam sepekan terakhir dan mengalami penurunan 6,7% sepanjang tahun, Rosan percaya bahwa ini hanya sementara. Dia menyoroti bahwa investasi di pasar modal bukanlah untuk tujuan jangka pendek, melainkan harus dilihat dari sudut pandang jangka menengah hingga panjang. Rosan menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, yang akan mendukung pertumbuhan pasar saham di masa depan.