Berita tentang rencana penguasaan wilayah Gaza oleh Amerika Serikat telah menciptakan kegaduhan besar di dunia Arab. Inisiatif yang disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump, dengan dukungan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, berpotensi mengubah wajah geopolitik Timur Tengah. Usulan tersebut mencakup ambisi untuk membangun kembali Gaza dan menetapkan kembali penduduk Palestina ke negara-negara tetangga. Reaksi dari negara-negara Arab terhadap ide ini cepat dan tegas, dengan penolakan keras dari Mesir, Yordania, dan Liga Arab. Konflik potensial antara Trump dan pemimpin Arab tampaknya semakin mendekat, ditambah dengan ketidakpastian masa depan gencatan senjata di Gaza.
Situasi yang rumit ini dimulai setelah kunjungan Netanyahu ke Washington beberapa minggu lalu. Saat itu, dia menyarankan bahwa AS dapat mengambil alih dan merekonstruksi Gaza, merancang ulang daerah tersebut menjadi tujuan wisata modern. Namun, usulan ini melibatkan penempatan kembali warga Palestina ke negara-negara regional seperti Mesir dan Yordania. Sejak saat itu, Trump telah menegaskan komitmennya terhadap ide ini, bahkan mengancam sanksi finansial kepada negara-negara yang tidak mendukung rencana tersebut.
Pada tanggal 27 Februari, Mesir akan menjadi tuan rumah pertemuan penting para pemimpin Arab untuk membahas isu ini. Negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, telah menyuarakan penolakan mereka terhadap pemindahan warga Palestina. Riyadh juga menegaskan sikapnya bahwa normalisasi hubungan dengan Israel hanya mungkin jika ada solusi dua negara yang mencakup Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. Selain itu, Arab Saudi secara tegas menolak pernyataan Netanyahu tentang pembentukan negara Palestina di wilayahnya sendiri.
Di tengah ketegangan ini, hubungan antara Yordania dan AS menjadi semakin canggung. Raja Abdullah bertemu dengan Trump di Gedung Putih pada hari Selasa, berusaha memperkuat posisi Kerajaan tanpa mengabaikan ketergantungan Yordania pada bantuan AS. Sementara itu, Hamas menunda pengembalian tawanan karena pelanggaran Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata, yang membuat situasi semakin tidak pasti.
Ketegangan regional meningkat seiring dengan kemungkinan pembatalan gencatan senjata di Gaza. Trump telah memperingatkan bahwa jika tawanan tidak dikembalikan tepat waktu, konsekuensi serius bisa terjadi. Situasi ini menunjukkan betapa kompleks dan sensitifnya dinamika politik di wilayah tersebut, serta pentingnya dialog dan diplomasi dalam mencari solusi yang dapat diterima semua pihak.