Dalam perkembangan terbaru mengenai geopolitik global, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memperkenalkan ide untuk mengurangi anggaran militer hingga 50 persen di tiga negara besar dunia. Gagasan ini mendapat respons berbeda dari dua pemain kunci lainnya: Rusia menyambut baik sementara China menolak usulan tersebut. Ini menciptakan dinamika yang menarik dalam hubungan internasional.
Ketertarikan pada inisiatif pengurangan belanja pertahanan ini muncul ketika Trump merumuskan rencana ambisiusnya pada tanggal 13 Februari. Dia berharap dapat membuka dialog dengan para pemimpin Rusia dan China tentang potensi penurunan drastis dalam pengeluaran militer. Menanggapi ajakan ini, Vladimir Putin, Kepala Negara Rusia, melihat ini sebagai langkah positif dan mendukung penuh gagasan tersebut. Namun, sikap China jelas berbeda; mereka menegaskan bahwa belanja pertahanan mereka adalah esensial bagi keamanan nasional dan pembangunan perdamaian global.
Pernyataan tegas dari juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menunjukkan bahwa Beijing tidak akan ikut serta dalam upaya pengurangan ini. Beliau menjelaskan bahwa dana yang dialokasikan untuk pertahanan oleh pemerintah China digunakan secara efektif untuk mempertahankan kedaulatan dan stabilitas regional. Selain itu, China tetap berkomitmen pada jalur pembangunan damai dan berkontribusi pada harmoni dunia.
Meskipun ada perbedaan pendapat antara ketiga negara, diskusi tentang pengurangan anggaran militer ini membuka peluang baru untuk kolaborasi internasional. Respons yang bervariasi menunjukkan kompleksitas isu keamanan global dan pentingnya dialog konstruktif antara negara-negara besar. Upaya ini juga mencerminkan upaya untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan pertahanan dan tujuan perdamaian global.