Pada malam Minggu, 16 Februari 2025, kericuhan meletus di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, setelah pertandingan antara Persija Jakarta dan Persib Bandung. Sepuluh orang dilaporkan mengalami luka-luka dan dirawat di RSUD Dokter Chasbullah Abdul Majid. Selain itu, puluhan suporter diamankan ke Mapolres Metro Bekasi Kota. Mayoritas dari mereka mengaku menjadi korban salah sasaran akibat ketidakjelasan atribut dan identitas suporter yang hadir. Kericuhan terjadi baik di dalam maupun di luar stadion, dengan beberapa suporter terlibat dalam aksi saling serang. Insiden ini menyoroti pentingnya koordinasi dan pengamanan yang lebih baik untuk mencegah kekerasan di masa depan.
Pada malam hari yang mendebarkan di Kota Bekasi, tepatnya pada Minggu, 16 Februari 2025, suasana penuh ketegangan melanda Stadion Patriot Candrabhaga usai pertandingan “El Clasico” antara Persija Jakarta dan Persib Bandung. Sejumlah insiden memprihatinkan terjadi, menyebabkan sepuluh orang harus dilarikan ke IGD RSUD Dokter Chasbullah Abdul Majid karena luka-luka yang diderita. Kericuhan yang meluas juga memaksa puluhan suporter diamankan oleh petugas kepolisian di Mapolres Metro Bekasi Kota.
Kericuhan tidak hanya terbatas pada area stadion, tetapi juga meluas hingga ke jalanan sekitarnya. Beberapa suporter terlibat dalam aksi saling serang, mengakibatkan sejumlah korban mengalami luka-luka. Salah satu korban adalah Andri, seorang pendukung The Jakmania asal Angke, Jakarta Utara. Dia mengaku menjadi korban pengeroyokan saat mencoba merekam kondisi stadion pasca-pertandingan. Andri tidak hanya mengalami pemukulan, tetapi juga kehilangan ponsel dan tasnya.
Linggar, warga Cibitung, juga mengalami nasib serupa. Saat ia dan dua temannya sedang memvideokan situasi di luar stadion, mereka tiba-tiba diserang oleh sekelompok orang tak dikenal. Bahkan, motor milik salah satu temannya hilang dalam insiden tersebut. Linggar menggambarkan kejadian tersebut sebagai momen yang sangat traumatis, di mana temannya mengalami pendarahan dan pingsan.
Hingga Senin dini hari, 17 Februari 2025, sebagian dari puluhan orang yang diamankan telah dipulangkan. Dugaan sementara menyebutkan bahwa kericuhan ini dipicu oleh ketidakjelasan atribut dan identitas para suporter, sehingga banyak yang menjadi korban salah sasaran. Pihak kepolisian masih terus melakukan pendalaman terkait insiden ini untuk mengidentifikasi para pelaku yang terlibat dalam tindakan kekerasan tersebut.
Dalam perspektif seorang jurnalis, insiden ini menyoroti pentingnya koordinasi dan pengamanan yang lebih baik dalam acara olahraga besar. Peristiwa ini bukan hanya merugikan para suporter yang menjadi korban, tetapi juga merusak reputasi kedua klub sepak bola. Penggunaan teknologi dan peningkatan protokol keamanan dapat membantu mencegah insiden serupa di masa depan. Harapan kami, langkah-langkah preventif akan segera diambil untuk menjaga integritas dan keselamatan semua pihak yang terlibat dalam dunia sepak bola.