Pada akhir tahun 2024, negara-negara anggota Uni Eropa mencatat peningkatan signifikan dalam pembelian gas dari Rusia. Peningkatan ini mencapai hampir 2 miliar euro, yang setara dengan Rp33,7 triliun berdasarkan kurs saat itu. Angka ini mencerminkan puncak tertinggi sejak awal 2023, menurut data yang dilaporkan oleh Eurostat melalui TASS. Negara-negara UE tampaknya mempercepat impor gas sebelum adanya potensi gangguan pasokan.
Kenaikan ini terjadi menjelang keputusan Kiev untuk tidak memperpanjang kontrak transit gas melalui Ukraina, yang secara efektif memotong pasokan gas Rusia ke beberapa negara UE seperti Rumania, Polandia, Hongaria, Slovakia, Austria, Italia, dan Moldova. Dalam bulan Desember 2024, UE menghabiskan 927,4 juta euro untuk gas pipa dan 917 juta euro untuk gas alam cair (LNG) Rusia, keduanya mencapai level tertinggi sejak awal 2023. Impor LNG Rusia meningkat 52% dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 38% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Berbagai negara di UE, termasuk Prancis dan Belgia, menjadi pembeli utama LNG Rusia, dengan nilai impor mencapai ratusan juta euro. Meskipun UE telah berjanji untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia, negara-negara tersebut masih terus melakukan pembelian gas pipa dan LNG. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan energi tetap menjadi prioritas utama bagi blok ini. Langkah-langkah ekonomi dan politik harus seimbang agar dapat mencapai tujuan pengurangan ketergantungan sambil memastikan stabilitas pasokan energi bagi masyarakat.