Pada akhir-akhir ini, band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, Sukatani, menjadi sorotan publik karena lagu mereka yang viral, "Bayar Bayar Bayar". Lagu ini mengkritik oknum polisi dan menimbulkan kontroversi. Dua personel Sukatani, Muhammad Syifa Al Lutfi dan Novi Citra Indriyati, terpaksa meminta maaf atas lirik lagu yang dinilai menyinggung Polri. Situasi ini berujung pada pemecatan Novi dari pekerjaannya sebagai guru SD. Namun, dukungan masyarakat, termasuk mahasiswa, akademisi, serikat guru, penyanyi ternama, dan bahkan menteri, membantu pemulihan nama baik Sukatani. Kapolri juga mengajak band tersebut untuk berperan dalam perbaikan institusi Polri.
Pada suatu hari di bulan Februari, band Sukatani merilis lagu "Bayar Bayar Bayar" yang dengan cepat menjadi viral. Liriknya yang tajam dan kritis terhadap oknum polisi membuat lagu ini mendapat perhatian luas. Di tengah kontroversi, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa Polri tidak menutup diri terhadap kritik dan terus melakukan evaluasi. Dia menegaskan bahwa tidak ada intimidasi terhadap Sukatani dan mengundang mereka untuk berkolaborasi dalam upaya perbaikan institusi.
Dua personel Sukatani, Alectroguy dan Twister Angel, kemudian meminta maaf secara resmi kepada Kapolri dan institusi Polri. Mereka menarik lagu tersebut dari semua platform digital dan mengimbau penggemarnya untuk menghapus konten yang menggunakan lagu tersebut. Meski begitu, lagu ini tetap menjadi simbol bagi banyak orang, terutama mahasiswa yang memutar lagu tersebut selama aksi Demo Indonesia Gelap di Patung Kuda, Jakarta Pusat.
Berbagai pihak, mulai dari akademisi hingga tokoh musik, memberikan dukungan moral kepada Sukatani. Bahkan, Menteri Pendidikan turut berbicara tentang pentingnya kebebasan berekspresi dalam seni. Kapolri sendiri melihat potensi Sukatani sebagai duta yang dapat membantu Polri dalam proses perbaikan institusi.
Melalui insiden ini, Sukatani berhasil menunjukkan bahwa kritik konstruktif dapat menjadi jembatan antara masyarakat dan institusi pemerintah. Langkah-langkah yang diambil oleh Kapolri menunjukkan kesediaan Polri untuk menerima masukan dan berubah demi kebaikan bersama.
Insiden ini mengajarkan kita bahwa kritik konstruktif, meskipun kadang datang dalam bentuk yang tajam, bisa menjadi awal dari perubahan positif. Sukatani telah membuktikan bahwa seni memiliki kekuatan untuk menggugah perhatian dan mendorong dialog antara pemerintah dan rakyat. Selain itu, respons Kapolri yang terbuka menunjukkan bahwa institusi pemerintah dapat menerima kritik dan bekerja sama dengan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Semoga insiden ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk saling mendengar dan bekerja sama demi kemajuan bersama.