Pertemuan antara pemimpin Mesir, Yordania, dan Palestina membawa berita positif bagi stabilitas kawasan. Menurut laporan dari sumber terpercaya, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Raja Yordania Abdullah, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berhasil mengubah pandangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait rencana pascaperang di Jalur Gaza. Mereka meyakinkan Trump bahwa pemindahan paksa warga Palestina bukanlah solusi yang tepat. Sebaliknya, mereka menawarkan alternatif rekonstruksi yang lebih mendukung perdamaian dan kestabilan.
Kunjungan Raja Abdullah ke Washington pada pertengahan Februari 2025 menjadi titik penting dalam diplomasi ini. Pejabat senior Mesir menjelaskan bahwa pertemuan tertutup antara raja dan Trump sangat produktif. Raja Abdullah memperingatkan bahwa rencana AS dapat memicu ekstremisme Islam dan meruntuhkan pemerintahan pro-AS di wilayah tersebut. Respons Trump terhadap peringatan ini cukup positif, menunjukkan sikap simpatik dan perhatian.
Setelah pertemuan tersebut, Mesir melanjutkan langkah-langkah konkret dengan bernegosiasi agar Hamas melepaskan enam tawanan hidup, dua kali lipat dari jumlah yang sebelumnya disepakati dalam gencatan senjata. Langkah ini memperkuat posisi Mesir sebagai aktor utama dalam proses perdamaian di Gaza.
Sukses diplomasi ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang lebih stabil di Jalur Gaza, tetapi juga memberikan harapan baru bagi warga Palestina. Mesir dan Yordania telah menunjukkan bahwa kerjasama regional dapat menghasilkan solusi yang lebih baik dan mencegah eskalasi konflik. Upaya ini dipandang sebagai kemenangan diplomatik yang signifikan bagi kedua negara.