Di tengah ketidakpastian geopolitik, muncul keraguan di Jerman tentang komitmen Amerika Serikat (AS) terhadap pertahanan kolektif NATO. Keprihatinan ini semakin meningkat seiring dengan pernyataan Presiden Donald Trump yang mempertanyakan dukungan AS tanpa syarat kepada aliansi NATO. Berbagai spekulasi mengenai strategi militer AS, termasuk kemungkinan penarikan pasukan dari Eropa dan realokasi ke wilayah lain, menambah ketidakpastian situasi ini.
Pentingnya bom nuklir taktis B61 bagi stabilitas pertahanan Eropa menjadi sorotan utama. Bom-bom tersebut berperan penting dalam mencegah ancaman nuklir, sehingga rencana untuk menggantikan pesawat Panavia Tornado dengan jet tempur F-35 Lightning II menjadi langkah krusial. Namun, dengan perubahan sikap pemerintah AS, rencana ini mungkin terancam. Friedrich Merz, calon kanselir Jerman, telah menyuarakan kekhawatiran bahwa AS mungkin tidak lagi mendukung pertahanan bersama NATO tanpa syarat. Menanggapi hal ini, dia menekankan pentingnya upaya Eropa untuk mandiri dalam mempertahankan benua mereka.
Berbagai opsi sedang dipertimbangkan untuk memastikan keamanan Eropa, termasuk diskusi dengan negara-negara seperti Prancis dan Inggris, yang memiliki kapabilitas nuklir. Meskipun pemerintah Jerman belum secara resmi merespons tawaran dari Prancis, dialog ini menunjukkan upaya proaktif untuk mencari solusi alternatif. Dalam konteks ini, penting bagi Eropa untuk memperkuat solidaritas dan koordinasi antarnegara anggota NATO, serta membangun kapabilitas pertahanan yang lebih kuat. Ini bukan hanya soal menjaga keamanan regional tetapi juga melindungi nilai-nilai demokrasi dan perdamaian dunia.