Pramono Anung memimpin rombongan yang terdiri dari beberapa kepala daerah lainnya dari PDIP. Ia menegaskan bahwa keputusan untuk bergabung pada hari ke-4 telah disepakati bersama dan dikomunikasikan dengan Megawati Soekarnoputri. Keputusan ini tidak hanya mencerminkan koordinasi internal partai, tetapi juga strategi politik yang cermat.
Kehadiran Pramono pada tahap akhir acara ini mungkin bertujuan untuk memberikan dampak maksimal. Hal ini sejalan dengan arahan Megawati Soekarnoputri yang telah mempertimbangkan berbagai aspek. Penundaan ini bisa jadi merupakan langkah untuk mengoptimalkan efektivitas kegiatan retreat bagi para peserta.
Selama masa absennya, Pramono menitipkan tugas gubernur kepada wakilnya, Rano Karno, yang lebih dikenal sebagai Bang Doel. Ia meminta Bang Doel untuk tetap fokus pada berbagai program dan inisiatif yang sedang berlangsung di Jakarta. Ini mencakup persiapan dan pelaksanaan berbagai proyek infrastruktur serta pelayanan publik.
Pramono menekankan pentingnya kesiapsiagaan tim kerja di Pemerintah DKI Jakarta. Dia menyerukan agar semua tim, termasuk pasukan biru, orange, hijau, dan kuning, tetap waspada dan siap melaksanakan tugas mereka dengan optimal. Kesiapsiagaan ini menjadi prioritas utama untuk memenuhi harapan masyarakat Jakarta.
Keterlibatan Pramono dalam retreat Akmil tidak lepas dari dinamika internal PDIP. Sebagai salah satu tokoh senior partai, Pramono memiliki peran penting dalam membentuk kebijakan dan strategi partai. Kehadirannya di acara ini bisa menjadi momen penting untuk refleksi dan evaluasi diri.
Rencana dan strategi yang dibahas dalam retreat ini dapat berdampak signifikan pada arah kebijakan PDIP di masa depan. Pramono, sebagai representasi dari Jakarta, membawa perspektif urban yang kaya akan tantangan dan peluang. Diskusi-diskusi intensif yang dilakukan di sini akan membantu merumuskan rencana aksi yang lebih kuat dan terarah.