Situasi baru di tempat kerja telah berdampak signifikan pada penggunaan moda transportasi publik. Salah satu dampaknya adalah penurunan jumlah penumpang yang menggunakan Layanan Kereta Ringan (LRT) Jabodebek. Selama beberapa minggu terakhir, tren ini menjadi perhatian khusus bagi para eksekutif perusahaan. Menurut Executive Vice President LRT Jabodebek, Mochamad Purnomosidi, skema bekerja dari mana saja (WFA) yang semakin populer di sektor pemerintah telah mempengaruhi jumlah penumpang yang biasanya mencapai 90.000 per hari. Sekarang, jumlah tersebut berkurang hingga berkisar antara 88.000 hingga 89.000 penumpang setiap harinya.
Perubahan pola kerja ini tidak hanya dirasakan oleh LRT Jabodebek tetapi juga oleh operator kereta lainnya seperti KAI Commuter Indonesia. Para pekerja yang biasanya meramaikan stasiun-stasiun utama, kini lebih jarang terlihat karena kebijakan WFA. Ini menunjukkan bahwa efisiensi anggaran dan fleksibilitas kerja telah mengubah cara orang bepergian untuk pekerjaan mereka. Purnomosidi menyatakan bahwa diskusi dengan mitra bisnis lainnya mengungkapkan tren serupa dalam dua minggu terakhir, menegaskan bahwa kebijakan ini memiliki dampak luas di seluruh sektor transportasi umum.
Dengan munculnya tren bekerja dari mana saja, penting bagi penyedia layanan transportasi publik untuk beradaptasi dan mencari solusi inovatif. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan fasilitas dan layanan yang menarik bagi pengguna, serta kolaborasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendukung mobilitas yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa aksesibilitas dan kenyamanan tetap menjadi prioritas utama dalam pengembangan infrastruktur transportasi masa depan.