Kabar terbaru mengejutkan dunia teknologi, di mana kepala eksekutif OpenAI, Sam Altman, telah secara tegas menyatakan bahwa organisasi tersebut tidak akan dijual. Penolakan ini muncul setelah konsorsium investor yang dipimpin oleh Elon Musk mengajukan tawaran pengambilalihan bernilai USD97,4 miliar atau setara dengan Rp1.564 triliun. Dalam wawancaranya di Paris, Altman menjelaskan visi dan misi unik OpenAI yang bertujuan untuk menciptakan kecerdasan umum buatan (AGI) yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Peristiwa ini terjadi dalam konteks yang menarik, karena Musk sendiri merupakan salah satu pendiri awal OpenAI sebelum terjadi perselisihan yang mengakibatkan kepergiannya. Saat ini, Musk memiliki perusahaan saingan bernama xAI. Dalam responsnya terhadap tawaran tersebut, Altman memposting di platform media sosial X dengan nada humor, menawarkan Musk untuk membeli Twitter sebagai gantinya.
Struktur kepemilikan OpenAI berbeda dari perusahaan teknologi raksasa lainnya seperti Meta atau Microsoft. Organisasi ini bukan perusahaan publik, melainkan memiliki struktur kompleks yang melibatkan kemitraan antara lembaga nirlaba. Ini menjadikan posisi OpenAI unik dalam ekosistem teknologi saat ini. Christie Pitts, seorang investor teknologi di San Francisco, mengungkapkan keraguan tentang motif Musk dalam tawaran ini, mengingat adanya pesaing langsung yang dimilikinya.
Dengan penolakan tegas dari Altman, masa depan OpenAI tetap fokus pada misi aslinya. Sebagai kepala eksekutif dan anggota dewan nirlaba, Altman menegaskan bahwa dia tidak memiliki saham di organisasi tersebut. Sikap ini mencerminkan komitmennya terhadap tujuan utama OpenAI: menciptakan teknologi AI yang dapat memberikan manfaat maksimal bagi semua orang.
Keputusan OpenAI untuk tetap mandiri menunjukkan tekad mereka dalam mempertahankan integritas dan misi organisasi. Meskipun hadir dengan tantangan, langkah ini diyakini akan membawa dampak positif bagi perkembangan teknologi AI yang lebih inklusif dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.