Dalam beberapa tulisan media, sering kali terjadi kesalahan penggunaan istilah antara pedestrian dan trotoar. Padahal, kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan antara keduanya dan memberikan contoh penggunaan yang tepat. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat menggunakan terminologi dengan lebih akurat dalam konteks urban.
Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinyatakan bahwa pedestrian merujuk kepada pejalan kaki. Ini menunjukkan bahwa istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan orang-orang yang berjalan kaki, bukan tempatnya. Sementara itu, trotoar didefinisikan sebagai bagian tepi jalan yang sedikit lebih tinggi dari permukaan jalan utama, dimana pejalan kaki dapat berlalu lalang dengan aman. Jadi, trotoar adalah area yang dirancang khusus bagi pejalan kaki.
Ketidakakuratan dalam penggunaan istilah ini bisa menyebabkan kebingungan. Misalnya, ketika pemerintah kota mengumumkan revitalisasi trotoar di depan sekolah tertentu agar nyaman bagi pejalan kaki, informasi tersebut menjadi lebih jelas dan akurat. Revitalisasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan bagi mereka yang berjalan kaki di area tersebut. Setelah proses renovasi selesai, trotoar tersebut akan menjadi ruang yang lebih ramah bagi pejalan kaki.
Pemahaman yang tepat tentang istilah-istilah ini penting karena membantu dalam komunikasi yang efektif dan akurat. Penggunaan yang benar dari istilah pedestrian dan trotoar tidak hanya memperkaya pengetahuan linguistik tetapi juga memastikan bahwa informasi disampaikan dengan cara yang jelas dan mudah dipahami oleh publik. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya fasilitas pejalan kaki yang baik dan aman.