Tepat pada 24 Februari 2025, dunia menyaksikan penanda tiga tahun konflik antara Rusia dan Ukraina. Selama periode ini, Ukraina menghadapi tantangan besar, baik dalam hal kerugian wilayah maupun korban jiwa. Situasi semakin rumit dengan perubahan sikap Amerika Serikat yang menuntut pengembalian bantuan keuangan serta mendorong gencatan senjata. Tanpa partisipasi langsung Kyiv, AS dan Rusia telah melakukan perundingan damai di Arab Saudi. Hal ini memaksa Ukraina dan sekutunya di Eropa untuk beradaptasi dengan pendekatan baru dari Washington.
Selama tiga tahun terakhir, dinamika politik internasional telah berubah secara signifikan. Amerika Serikat, yang sebelumnya mendukung Ukraina dengan bantuan militer dan finansial, kini mengambil pendekatan yang berbeda. Presiden Donald Trump menekankan pentingnya pengembalian dana bantuan dan mendorong gencatan senjata. Ini menciptakan situasi di mana Ukraina harus beradaptasi dengan dukungan yang berkurang dari sekutunya utama.
Pertemuan antara pejabat tingkat tinggi AS dan Rusia di Arab Saudi menjadi bukti nyata dari pergeseran strategi ini. Tanpa kehadiran wakil resmi dari Kyiv, pertemuan tersebut menunjukkan upaya diplomasi bilateral yang mengecualikan pihak yang paling terdampak. Langkah ini membuat Ukraina dan sekutunya di Eropa merasa terkejut dan terpaksa mencari cara baru untuk melanjutkan usaha mereka. Mereka harus menyesuaikan diri dengan realitas geopolitik baru yang dipengaruhi oleh kebijakan AS yang berubah-ubah.
Sejak dimulainya invasi skala penuh pada 24 Februari 2022, Ukraina telah mengalami kerugian wilayah yang signifikan. Meskipun berhasil mempertahankan beberapa wilayah penting seperti Kharkiv dan Kherson, negara ini tetap kehilangan sekitar 11% wilayahnya, terutama di bagian timur. Kerugian ini tidak hanya berdampak pada geografi politik, tetapi juga menimbulkan masalah sosial dan ekonomi yang mendalam.
Jutaan warga Ukraina telah terpaksa mengungsi, sementara ribuan lainnya tewas atau terluka akibat konflik. Situasi ini menciptakan beban berat bagi pemerintah dan masyarakat sipil. Meski ada bantuan militer dari sekutu-sekutu Barat, tantangan untuk merebut kembali wilayah yang hilang tetap besar. Kondisi ini memperlihatkan betapa kompleksnya proses pemulihan dan stabilitas di Ukraina setelah bertahun-tahun konflik. Upaya untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah tetap menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan rakyat Ukraina.