Presiden keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menegaskan preferensinya terhadap kediaman pribadinya sebagai lokasi pertemuan dengan tokoh-tokoh penting. Dalam kunjungan sekelompok besar pemimpin Partai Demokrat ke Cikeas, Jawa Barat, SBY menjelaskan bahwa dia memilih lingkungan yang lebih intim dan informal untuk berdiskusi dengan para pemimpin partai politik. Menurutnya, hal ini menciptakan suasana yang lebih kondusif untuk dialog yang jujur dan terbuka. "Tempat ini memberikan ruang yang lebih steril dan mendukung komunikasi yang efektif," ucap SBY.
Pendekatan serupa juga diterapkan ketika menghadapi tantangan ekonomi. SBY menceritakan bagaimana dia mengundang pengusaha pada hari libur ke rumahnya untuk mencari solusi atas krisis ekonomi tahun 2008. Dia mengajak para pengusaha untuk bekerja sama dalam mencegah PHK massal yang dapat membawa penderitaan bagi rakyat. Selain itu, kediamannya juga menjadi tempat penting dalam proses pemilihan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2009. Saat itu, SBY mendukung Taufiq Kiemas untuk posisi tersebut, dan upaya ini mendapat dukungan aklamasi dari berbagai partai politik.
Kediaman pribadi SBY telah menjadi saksi penting dalam berbagai momen sejarah bangsa. Pendekatan personal dan langsung ini menunjukkan komitmen kuat SBY terhadap transparansi dan kolaborasi dalam mengatasi tantangan nasional. Melalui tindakan ini, SBY mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerja sama, solidaritas, dan tanggung jawab sosial, yang semuanya merupakan fondasi bagi pembangunan negara yang lebih baik dan lebih adil.