Pada Sabtu malam, insiden berdesakan yang tragis terjadi di stasiun kereta api New Delhi, India. Kejadian ini mengakibatkan 18 orang meninggal dunia dan setidaknya 10 orang lainnya mengalami luka-luka. Insiden tersebut melibatkan ribuan penumpang yang mencoba menaiki kereta yang tertunda. Peristiwa ini menunjukkan tantangan dalam manajemen keramaian di negara tersebut, khususnya di tempat-tempat publik seperti stasiun kereta api.
Insiden mematikan ini terjadi pada Sabtu malam ketika keramaian besar muncul di stasiun kereta api utama ibukota India. Menurut saksi mata, banyak orang berusaha masuk ke kereta yang tertunda, sehingga menyebabkan situasi yang sangat padat. Empat dari korban jiwa adalah anak-anak, sementara 10 orang lainnya adalah wanita. Para pejabat setempat telah merilis daftar nama korban. Situasi ini mendapat perhatian luas, termasuk dari Perdana Menteri India, Narendra Modi, yang mengungkapkan belasungkawa kepada keluarga korban.
Kepadatan manusia merupakan masalah umum di India, terutama saat ada acara-acara besar seperti festival keagamaan atau perayaan tradisional. Beberapa minggu sebelumnya, serupa dengan insiden ini, 30 orang tewas akibat berdesakan di festival Kumbh Mela di bagian utara India. Festival ini merupakan salah satu perayaan terbesar bagi umat Hindu, yang menarik jutaan pengunjung.
Di stasiun kereta api New Delhi, dua kereta telah tertunda, sementara kereta ketiga menuju Prayagraj sedang menunggu untuk berangkat. Hal ini memperparah situasi, karena banyak orang yang berencana bepergian ke festival Kumbh Mela atau tujuan lainnya. Ruby Devi, salah seorang saksi mata, menggambarkan bahwa keramaian di stasiun begitu padat sehingga dia tidak bisa masuk ke dalam stasiun.
Kejadian ini menyoroti pentingnya manajemen keramaian yang lebih baik dan infrastruktur transportasi yang efisien untuk mencegah tragedi serupa di masa depan. Upaya pemerintah dan pihak terkait diperlukan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan penumpang, terutama di tempat-tempat ramai seperti stasiun kereta api.