Pada tanggal 21 Februari, artis terkenal asal Korea Selatan, yang dikenal dengan nama Lee Ji Ah, mengeluarkan pernyataan tentang kontroversi sejarah keluarganya. Melalui agensinya, BH Entertainment, ia membahas tuduhan bahwa kakeknya, Kim Soon-heung, telah melakukan aktivitas mendukung Jepang selama masa pendudukan. Meskipun sulit untuk membuka topik ini, Lee merasa bertanggung jawab untuk menjelaskan situasi tersebut kepada publik.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Jumat melalui agensinya, artis berbakat ini memaparkan latar belakang rumitnya. Ia menyebutkan bahwa sejak usia muda, tepatnya saat berusia 18 tahun, ia sudah mandiri dan tidak lagi menerima dukungan finansial dari orang tuanya. Keterasingan ini berlangsung lebih dari satu dekade, menciptakan jarak antara Lee dan anggota keluarganya.
Berkaitan dengan tuduhan aktivitas pro-Jepang kakeknya, Lee menjelaskan bahwa ia tidak memiliki kenangan pribadi tentang hal tersebut. Kakeknya meninggal dunia saat Lee masih sangat kecil, sehingga informasi yang ia miliki berasal dari sumber lain. Pada tahun 2011, Lee pertama kali mengetahui isu ini melalui artikel berita. Sejak itu, ia melakukan penelitian mendalam di Pusat Kebenaran dan Keadilan Sejarah untuk memverifikasi fakta-fakta yang ada.
Lee menegaskan bahwa tindakan pro-Jepang dalam konteks sejarah Korea tidak dapat dibenarkan. Ia juga menyatakan sikapnya bahwa jika tanah yang menjadi pusat perdebatan di Anyang memang diperoleh selama masa pendudukan, maka tanah tersebut harus dikembalikan kepada negara sebagai bentuk tanggung jawab historis.
Periode emas dalam hubungan Korea-Jepang tetap menjadi topik yang sensitif bagi banyak orang. Lee Ji Ah menunjukkan sikap bertanggung jawab dengan membuka dialog tentang sejarah keluarganya, memberikan contoh bagaimana individu dapat berperan aktif dalam menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang masa lalu.
Dengan berani menghadapi kontroversi ini, Lee Ji Ah menunjukkan pentingnya transparansi dan introspeksi dalam menghadapi sejarah yang kompleks. Sikapnya mengajak kita semua untuk terbuka dan jujur dalam menghadapi tantangan sejarah, serta bertanggung jawab atas warisan masa lalu demi masa depan yang lebih baik.