Berita
Dampak Tarif Impor AS Terhadap Industri Baja China
2025-02-18

Kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) diprediksi akan memberikan dampak signifikan terhadap industri baja di China. Kebijakan ini tidak hanya mempengaruhi ekspor baja dan alumunium ke AS, tetapi juga mengganggu stabilitas sektor baja dalam negeri. Saham perusahaan-perusahaan besar di China merosot hingga 3 persen setelah pengumuman tarif tersebut. Situasi ini semakin memperburuk kondisi industri baja yang sudah berjuang keras untuk bangkit dari krisis.

Perubahan Ekonomi Global Mempengaruhi Industri Baja China

Tarif impor yang ditetapkan oleh AS menciptakan tantangan baru bagi industri baja China. Dengan konsumsi domestik yang menurun dan permintaan global yang lesu, ekspor menjadi satu-satunya harapan untuk mempertahankan stabilitas pasar. Namun, dengan adanya tarif ini, prospek ekspor pun menjadi suram. Industri baja di China telah mengalami kerugian besar dalam beberapa tahun terakhir, dengan produksi yang turun drastis dan banyak pabrik yang harus menghentikan operasionalnya.

Sejak awal tahun 2024, industri baja China telah mengalami kerugian sebesar USD5 miliar. Produksi baja menurun hingga 1,7 persen, mencapai level terendah dalam lima tahun terakhir. Para analis menyatakan bahwa jika tarif ini diterapkan secara ketat, baik ekspor langsung maupun perdagangan transit akan merasakan dampak negatifnya. Sebanyak 75 pabrik baja telah menghentikan produksi mereka, sementara sekitar 50 persen dari pabrik yang masih beroperasi mengalami kerugian. Survei yang dilakukan oleh MySteel, sebuah layanan intelijen pasar, mengungkapkan situasi ini.

Strategi Adaptasi Industri Baja China

Industri baja China berusaha menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi yang semakin sulit. Fokus pada ekspor menjadi strategi utama untuk membatasi kerugian. Namun, dengan tarif impor yang diberlakukan AS, langkah ini menjadi lebih sulit. Permintaan domestik yang lemah memaksa industri baja untuk mencari alternatif lain guna mempertahankan stabilitas pasar. Harga baja pun turun tajam akibat penurunan produksi dan konsumsi.

Jiang Wei, Wakil Presiden dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Besi dan Baja China (CISA), menjelaskan bahwa industri baja China telah memasuki fase "optimalisasi stok". Skenario "tiga tertinggi dan tiga terendah" terus berlangsung—produksi tinggi, biaya tinggi, dan ekspor tinggi, namun disertai dengan permintaan rendah, harga rendah, dan profitabilitas rendah. Periode emas industri baja China antara tahun 2000-2020 tampaknya telah berakhir setelah pandemi Covid-19 melanda ekonomi negara tersebut. Penurunan permintaan sangat parah pada paruh pertama tahun lalu, dan situasinya belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pedagang baja bernama Xiao dari Wuhan menggambarkan kondisi ini sebagai "permintaan yang masih buruk".

More Stories
see more