Dalam laporan terbaru, seorang jurnalis Palestina bernama Youssef Sharaf berbagi kisah pahitnya setelah mengalami tragedi yang mengerikan selama konflik di Jalur Gaza. Selama perang tersebut, 37 anggota keluarganya tewas akibat serangan militer Israel. Sharaf sendiri menghabiskan 10 bulan dalam penahanan oleh pasukan Israel, di mana ia mengalami penyiksaan fisik dan psikologis. Setelah dibebaskan, Sharaf menemukan bahwa rumahnya telah hancur, dan mayat istri serta empat anaknya masih terkubur di bawah reruntuhan. Selain itu, militer Israel juga terus melanggar gencatan senjata dengan membunuh warga Palestina.
Sharaf ditangkap oleh pasukan Israel pada masa serangan ke Rumah Sakit al-Shifa. Ia menjalani masa penahanan selama sepuluh bulan, di mana ia diperlakukan dengan cara-cara yang sangat menyakitkan. "Mereka menangkap saya, menyiksa saya, menggantung saya, memukul saya, dan mempermalukan saya," ungkap Sharaf. Penahanannya bukan di penjara biasa, tetapi di tempat khusus untuk penyiksaan. Pengalaman ini membuatnya merasa tidak manusiawi dan hancur secara mental.
Setelah dibebaskan, Sharaf kembali ke rumahnya yang kini hanya tinggal reruntuhan. Dia menemukan bahwa mayat istri dan empat anaknya masih tertimbun di bawah puing-puing bangunan yang runtuh. Situasi ini semakin memburuk ketika Sharaf mengetahui bahwa makam tempat dia menguburkan anggota keluarganya lainnya telah digali oleh pasukan Israel. "Saya berhasil mengevakuasi 24 jenazah keluarga saya dan menguburkan mereka di Pemakaman Al-Batsh, tetapi mayat istri dan anak-anak saya masih tertimbun reruntuhan," kata Sharaf dengan nada penuh kesedihan.
Berita tentang pelanggaran gencatan senjata oleh militer Israel terus berdatangan. Seorang wanita meninggal karena luka-luka yang dideritanya akibat serangan militer Israel, seperti dilaporkan oleh kantor berita Wafa. Di kota Rafah, tiga orang dilaporkan terluka setelah ditembak pasukan Israel di sebelah timur kotamadya ash-Shawka. Ini menunjukkan bahwa situasi di Jalur Gaza belum stabil, dan warga Palestina masih menghadapi ancaman nyata dari serangan militer Israel.
Pengalaman Sharaf mencerminkan penderitaan yang dialami banyak warga Palestina di Jalur Gaza. Kisahnya menyoroti pentingnya perlindungan hak asasi manusia dan keadilan internasional. Meskipun situasi saat ini tampak suram, harapan akan perdamaian dan keadilan tetap menjadi tujuan utama bagi semua pihak yang terlibat dalam konflik ini.