Pada malam hari yang suram, sebuah tragedi terjadi di Kota Semarang. Seorang ibu berusia 62 tahun bernama Salamah ditemukan tewas dengan diduga kuat menjadi korban penganiayaan oleh anak kandungnya sendiri. Kejadian ini mengejutkan warga setempat dan memicu serangkaian penyelidikan dari pihak berwenang. Korban ditemukan dalam kondisi berdarah di depan rumahnya pada Selasa malam sekitar pukul 23.15 WIB. Meski mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Roemani Semarang, nyawa Salamah tidak dapat diselamatkan. Polisi kemudian melakukan investigasi mendalam untuk mengungkap kebenaran di balik insiden mengerikan ini.
Insiden tersebut terjadi di Gunungsari RT010/RW009, Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Menurut laporan tetangga, mereka mendengar teriakan minta tolong dari korban pada malam kejadian. Ketika didekati, Salamah sudah tergeletak di depan rumahnya dalam kondisi yang sangat parah. Pelaku diduga adalah MG, anak laki-laki pertama korban berusia 37 tahun, yang kabur dari lokasi kejadian. MG diketahui sebagai pengangguran yang tinggal bersama korban dan memiliki riwayat konflik dengan ibunya.
Ketua RT setempat, Rohmat Widodi, menyatakan bahwa dia sering mencoba melerai perselisihan antara pelaku dan korban. "Saya sering kali harus turun tangan karena situasi yang tegang di antara mereka," ungkapnya. Suami korban, M. Ghozali, juga mengungkapkan bahwa anaknya sering kali marah-marah jika permintaannya tidak dipenuhi. Bahkan, sebelumnya dia sempat mencoba membunuh ayahnya dengan menggunakan senjata tajam, namun upayanya gagal.
Ghozali menjelaskan bahwa anaknya tersebut sering bermasalah soal uang dan bahkan sempat meminta rumah dijual agar dia mendapat bagian. Saat insiden terjadi, Ghozali sedang tidak berada di rumah, meninggalkan Salamah dan MG sendirian. Dia merasa kaget dan terkejut atas apa yang terjadi, mengingat adik-adik MG sudah menikah dan tinggal terpisah.
Dalam penutupannya, polisi terus melakukan penyelidikan mendalam untuk mengungkap fakta-fakta baru. Insiden ini menyoroti masalah kompleks dalam hubungan keluarga dan pentingnya pendekatan yang lebih proaktif dalam menangani konflik internal. Kasus ini juga menunjukkan betapa pentingnya bagi masyarakat untuk waspada dan siap membantu ketika melihat tanda-tanda potensi kekerasan atau konflik yang berbahaya.