Pada masa lampau, tanah Sunda mengalami periode kacau akibat perang saudara. Konflik internal ini memecah belah Kerajaan Galuh yang sempat bersatu. Penyebab utama konflik ini adalah serangan mendadak oleh Manarah dari Tamperan yang menjabat sebagai Raja Galuh. Insiden ini berlangsung ketika sang raja sedang asyik dengan hobi sabung ayamnya, sehingga ia lengah dan akhirnya tertawan. Seluruh peristiwa ini berdampak pada intervensi dari Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sanjaya. Akhirnya, perdamaian dapat dicapai melalui mediasi Raja Resi Demunawan dengan beberapa kesepakatan.
Berawal dari malam yang gelap di kerajaan Galuh, sebuah tragedi besar terjadi. Di tengah-tengah kegelapan, pasukan misterius menyerbu istana. Pada saat itu, Tamperan, penguasa Kerajaan Galuh, sedang asyik dengan hobi sabung ayamnya. Ketidaksiagaannya membuatnya menjadi korban penangkapan oleh musuh. Malam hari Banga, seorang prajurit setia, mencoba membebaskan Tamperan dan istrinya. Namun, usaha tersebut diketahui oleh pasukan penjaga, yang kemudian membawa Manarah, pemimpin penyerbuan, untuk menghadapi mereka. Pertarungan sengit pun terjadi, hingga akhirnya Tamperan dan istrinya harus menyerah karena luka panah yang menusuk punggung mereka. Banga, yang berusaha melindungi Tamperan, juga kalah dalam pertempuran melawan Ciung Wanara.
Berita kematian Tamperan dan istrinya mencapai telinga Sanjaya, yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno Jawa Tengah. Sanjaya, yang pernah menjadi penguasa Galuh, mencoba mencari solusi atas gejolak di kerajaan tersebut. Sayangnya, upaya ini justru memperumit situasi, karena Ciung Wanara telah mengumpulkan pasukan Indrapahasta di Wanagiri, Kuningan, dan sekitarnya sebagai barisan anti-Sanjaya. Perang antar keturunan Wretikandayun berlanjut, menewaskan banyak prajurit. Namun, akhirnya perdamaian dapat dicapai melalui mediasi Raja Resi Demunawan. Kesepakatan perdamaian ini termasuk poin-poin penting seperti pengelolaan wilayah Galuh oleh Manarah atau Ciung Wanara dan wilayah Sunda diserahkan kepada Banga.
Peristiwa ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana perselisihan internal dapat merusak struktur sosial-politik suatu daerah. Penting bagi para pemimpin untuk selalu waspada dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Selain itu, mediasi damai yang efektif dapat membantu mengakhiri konflik dan menjaga stabilitas. Dalam hal ini, peran Raja Resi Demunawan sangat vital dalam menyelesaikan masalah ini secara damai.