Berita
Pergeseran Kekuasaan Global: Tantangan Barat dan Respons Rusia
2025-02-19

Menteri Luar Negeri Rusia menyoroti ketidaksiapan Barat menghadapi perubahan tatanan dunia menuju multipolaritas, sementara Uni Eropa menerapkan paket sanksi baru terhadap Rusia. Sergei Lavrov menyatakan bahwa Barat berusaha mempertahankan dominasinya, sedangkan negara-negara lain membentuk aliansi baru seperti Brics. Di sisi lain, UE menyetujui sanksi ke-16 yang mencakup larangan impor aluminium dari Rusia dan pencantuman kapal-kapal tertentu. Situasi ini terjadi di tengah komentar keras Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang perundingan AS-Rusia.

Persepsi Rusia tentang Perubahan Tatanan Dunia

Lavrov menekankan pentingnya adaptasi terhadap dinamika global baru. Menurutnya, semakin banyak negara menolak campur tangan asing dan membentuk kelompok strategis. Ini mencerminkan tren menuju multipolaritas, di mana Rusia berperan aktif melalui inisiatif seperti Brics. Namun, dia mengkritik sikap Barat yang masih mencoba mempertahankan pengaruh historisnya.

Dalam wawancara terbarunya, Menteri Luar Negeri Rusia menjelaskan pandangannya tentang evolusi politik internasional. Dia menyoroti bagaimana negara-negara berkembang mulai mengekspresikan aspirasi mereka sendiri, menolak arahan luar. Lavrov juga menggambarkan upaya pembentukan blok-blok baru sebagai respons alami terhadap pergeseran keseimbangan kekuasaan global. Meski demikian, dia mengecam usaha Barat untuk mempertahankan posisi dominan mereka dalam urusan dunia, yang menurutnya tidak sesuai dengan realitas saat ini.

Kebijakan Sanksi dan Reaksi Internasional

Sanksi terbaru oleh Uni Eropa mencerminkan eskalasi ketegangan antara blok barat dan Rusia. Larangan impor aluminium serta pencantuman 73 kapal dalam daftar hitam menjadi bagian dari paket sanksi ke-16. Langkah ini bertepatan dengan ulang tahun invasi Rusia ke Ukraina, menunjukkan keseriusan UE dalam mendukung Kiev.

Di tengah penerapan sanksi ini, Zelensky mengecam perundingan AS-Rusia yang berlangsung tanpa kehadiran Ukraina. Dia menuduh Moskow berbohong tentang janji-janji selama pertemuan tersebut, khususnya terkait serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina. Video yang dipostingnya menunjukkan kerusakan pada fasilitas listrik di Odesa, menguatkan klaim bahwa drone Rusia terus menargetkan objek sipil. Situasi ini menambah kompleksitas hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat, serta menyoroti tantangan dalam mencapai solusi diplomatik.

More Stories
see more