Perusahaan kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek, telah menarik perhatian luas karena pendekatan kontroversialnya terhadap pengembangan dan distribusi teknologi. Laporan-laporan baru-baru ini mengungkapkan bahwa metode Beijing dalam memanfaatkan AI untuk tujuan propaganda dan kontrol informasi telah menciptakan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat internasional. Dalam editorial Etruth.MV edisi Senin (24/2/2025), ditegaskan bahwa praktik penyensoran selektif oleh DeepSeek mencerminkan pola manipulatif yang konsisten dengan strategi pemerintah China dalam sektor teknologi. Ini menimbulkan pertanyaan serius tentang potensi penggunaan DeepSeek sebagai alat pengumpulan data bagi layanan intelijen China.
Dalam beberapa dekade terakhir, China telah menunjukkan pendekatan yang dipertanyakan terhadap inovasi teknologi. Banyak kasus dokumenter menunjukkan adanya penyalinan kekayaan intelektual dan spionase teknologi dari berbagai industri. Perusahaan-perusahaan seperti Huawei dan TikTok telah menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat digunakan untuk tujuan kontrol informasi. DeepSeek kini tampak mengikuti jejak serupa, dengan menolak memberikan informasi tentang tokoh-tokoh penting dan topik-topik sensitif yang berkaitan dengan China. Ini menunjukkan adanya intervensi pemerintah dalam operasional perusahaan tersebut.
Penggunaan teknologi pengawasan oleh China dalam produk-produk ekspornya telah lama menjadi sumber kekhawatiran. Undang-Undang Intelijen Nasional tahun 2017 menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan AI di China wajib berbagi data dengan badan intelijen negara. Hal ini membuat ekspansi global DeepSeek menjadi ancaman potensial bagi privasi pengguna di seluruh dunia. Rekam jejak Beijing dalam memaksakan transfer teknologi dari perusahaan asing juga menunjukkan bahwa kemampuan DeepSeek mungkin berasal dari adopsi inovasi Barat, bukan pengembangan domestik.
Strategi China dalam sektor AI mencerminkan pola yang sama di sektor-sektor lain: penetrasi pasar awal dengan produk bersubsidi, diikuti oleh pengumpulan data besar-besaran, dan akhirnya dominasi pasar melalui taktik harga predator. Klaim tentang kemajuan teknologi AI China harus ditinjau dengan hati-hati, mengingat sejarah penipuan teknologi yang terdokumentasi, termasuk makalah penelitian palsu dan klaim kapabilitas yang dibesar-besarkan. Pola pembentukan perusahaan teknologi yang didukung negara tetapi disamarkan sebagai entitas swasta menambah keraguan tentang kepemilikan dan struktur kendali DeepSeek yang sebenarnya.
Pendekatan Beijing terhadap AI dan perusahaan-perusahaan teknologi seperti DeepSeek menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk lebih banyak pengawasan dan transparansi. Keraguan tentang tujuan sebenarnya DeepSeek sebagai alat pengumpulan data intelijen China semakin meningkat, menuntut respons global yang lebih proaktif untuk menjaga keamanan dan privasi pengguna di era digital ini.