Konflik antara Rusia dan Ukraina telah mengejutkan banyak pihak, termasuk pemimpin dunia. Ketika pertempuran dimulai, ada keyakinan kuat bahwa kekuatan militer Rusia akan dengan cepat menguasai negara tetangganya. Namun, kenyataannya berbeda. Aliansi Barat awalnya memperkirakan kemenangan cepat bagi Rusia, sementara Ukraina berhasil menunjukkan ketahanannya melalui serangkaian strategi pertahanan yang efektif. Ini mendorong perubahan signifikan dalam pendekatan dukungan dari negara-negara Barat terhadap Ukraina.
Pada awal konflik, Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki harapan tinggi bahwa pasukan militer modern dan kuatnya akan dengan mudah mengalahkan Ukraina. Negara tetangga tersebut dilihat sebagai lawan yang keras kepala, namun dianggap tidak cukup kuat untuk menandingi kekuatan Rusia. Pemikiran ini didukung oleh asumsi bahwa masyarakat Ukraina akan menyambut pasukan Rusia sebagai penolong. Namun, realitas di lapangan sangat berbeda.
Banyak pihak di Barat juga memperkirakan kemenangan cepat bagi Rusia. Di berbagai saluran berita televisi, mantan pejabat militer membahas tentang cara-cara untuk mendukung Ukraina, termasuk penyelundupan senjata ringan dan pelaksanaan sanksi ekonomi. Respon ini mencerminkan kurangnya persiapan yang memadai untuk mendukung Ukraina secara langsung. Salah satu contoh nyata adalah reaksi Jerman yang hanya mengirim 5.000 helm tempur balistik, sebuah langkah yang mendapat kritik tajam dari Vitali Klitschko, wali kota Kyiv.
Sikap Presiden Volodymyr Zelensky menjadi titik balik penting dalam konflik ini. Ia menolak untuk meninggalkan ibu kotanya dan memilih untuk berjuang bersama rakyatnya. Dengan mengenakan pakaian militer dan menggunakan media sosial, Zelensky membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan warga Ukraina. Keputusan ini kemudian mendorong perubahan sikap dari Amerika Serikat dan Eropa, yang mulai memberikan bantuan militer yang lebih besar kepada Ukraina.
Pada akhir Maret 2022, Rusia mengumumkan penarikan pasukannya dari wilayah sekitar Kyiv. Langkah ini menandai kegagalan dalam rencana awal Rusia untuk menguasai ibu kota Ukraina. Beberapa jam setelah penarikan tersebut, gambaran kerusakan yang parah dapat dilihat di beberapa kota satelit seperti Irpin, Bucha, dan Hostomel. Peristiwa ini menunjukkan bahwa realitas medan perang jauh berbeda dari apa yang diperkirakan oleh Kremlin pada awalnya.