Dalam perjalanan waktu, bulan puasa Ramadan berpindah setiap tahunnya sesuai dengan kalender Hijriah yang didasarkan pada siklus bulan. Untuk tahun 2025 atau 1446 Hijriah, beberapa organisasi keagamaan dan pemerintah telah merilis perkiraan tanggal awal puasa. Meskipun ada prediksi, penetapan pasti tetap bergantung pada penampakan hilal melalui proses isbat yang dilakukan secara resmi. Berikut adalah informasi terkait jadwal awal puasa Ramadan 2025 dari berbagai sumber.
Berdasarkan kalender Masehi, bulan puasa Ramadan cenderung maju sekitar 11 hari setiap tahun karena kalender Hijriah memiliki jumlah hari yang lebih sedikit. Menurut Muhammadiyah, awal puasa Ramadan 2025 diprediksi akan dimulai pada Sabtu, 1 Maret 2025. Organisasi ini mengeluarkan Kalender Hijriyah Global Tunggal 1446 H pada Juli 2024, yang menetapkan bahwa warga Muhammadiyah akan memulai salat Tarawih pada Jumat, 29 Februari 2025, dan menjalankan ibadah puasa pada hari berikutnya. Sementara itu, Idul Fitri 2025 jatuh pada Minggu, 30 Maret 2025.
Kementerian Agama juga merilis kalender Hijriah Indonesia 2025, yang menetapkan awal puasa Ramadan pada Sabtu, 1 Maret 2025. Namun, tanggal pasti masih menunggu hasil sidang isbat yang akan digelar mendekati bulan Ramadhan. Sidang isbat ini mengacu pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Dalam kalender Kemenag, Idul Fitri 2025 jatuh pada Senin, 31 Maret 2025, sehingga ada selisih satu hari antara jadwal Idul Fitri versi Muhammadiyah dan pemerintah.
Sementara itu, Nahdatul Ulama (NU) belum menentukan tanggal awal puasa Ramadan 2025. NU menggunakan metode rukyatul hilal yang sama dengan pemerintah, yaitu pengamatan ketampakan hilal saat Matahari terbenam di beberapa titik pengamatan. Metode ini memastikan bahwa hilal dapat dilihat dengan mata telanjang jika berada di atas ketinggian dua derajat.
Sebagai kesimpulan, meskipun ada prediksi awal puasa Ramadan 2025, penetapan pasti tetap bergantung pada hasil sidang isbat yang akan dilaksanakan secara resmi oleh lembaga keagamaan. Ini menunjukkan pentingnya harmonisasi antara metode ilmiah dan tradisi dalam menetapkan tanggal-tanggal penting dalam kalender Hijriah.
Dari perspektif seorang jurnalis, informasi ini menegaskan pentingnya kerjasama antara berbagai pihak untuk mencapai konsensus dalam menetapkan tanggal penting dalam kalender Hijriah. Proses isbat tidak hanya menjadi ritual tahunan, tetapi juga simbol dari sinergi antara ilmu pengetahuan dan tradisi. Bagi masyarakat, hal ini mengingatkan kita akan nilai-nilai kebersamaan dan keharmonisan dalam menyiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan.