Kelompok politik di Jalur Gaza, Hamas, mengajukan sebuah tawaran yang mencakup pembebasan semua tahanan sebagai bagian dari kesepakatan perdamaian. Menurut juru bicara mereka, Hazem Qassem, fase kedua dari rencana ini melibatkan pertukaran tahanan dalam satu tahap besar, bertujuan pada gencatan senjata abadi dan penarikan total pasukan Israel. Kelompok tersebut menegaskan bahwa permintaan Israel untuk melepaskan senjata atau keluar dari wilayah tersebut tidak dapat diterima.
Tanggapan terhadap seruan pembebasan tahanan telah muncul dengan keputusan untuk meningkatkan jumlah orang yang akan dibebaskan. Ini merupakan langkah strategis yang ditujukan untuk mempercepat proses perdamaian. Keputusan ini juga dipengaruhi oleh tekanan dari pihak luar, termasuk presiden AS saat itu, Donald Trump, yang menentang pembebasan bertahap. Selain itu, akses kemanusiaan ke Jalur Gaza menjadi isu penting, karena blokade Israel terhadap perlintasan perbatasan telah mencegah masuknya bantuan dan material pembangunan.
Dampak konflik ini sangat merusak, dengan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan. Ribuan warga Palestina telah kehilangan nyawa, dan biaya pemulihan diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar. Membangun kembali rumah dan fasilitas publik adalah tantangan besar. Dalam situasi ini, upaya menuju perdamaian bukan hanya tentang mengakhiri kekerasan, tetapi juga tentang memberikan harapan baru bagi generasi mendatang di wilayah tersebut.