Berita
Ketegangan G20: Afrika Selatan Berupaya Merombak Lembaga Global di Hadapan Penolakan AS
2025-02-20

Pertemuan G20 di Rio de Janeiro, Brasil pada 18 November 2024 menjadi saksi dari ketegangan antara Amerika Serikat dan Afrika Selatan. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, sebagai pemimpin G20, berencana untuk merombak institusi global yang dianggap condong ke Barat. Namun, langkah ini bertentangan dengan Presiden AS Donald Trump, yang mengancam akan merusak momen bersejarah Afrika Selatan sebagai tuan rumah pertama G20 di Benua Afrika. Ketegangan ini muncul dari perdebatan publik antara kedua pemimpin terkait kebijakan domestik Afrika Selatan dan situasi geopolitik internasional.

Afrika Selatan, melalui kepemimpinan Ramaphosa, berusaha untuk merombak lembaga-lembaga global yang dianggap tidak adil bagi negara-negara berkembang. Ini termasuk reformasi multilateral seperti G20 dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Negara ini berharap dapat memberikan suara yang lebih kuat kepada Global South dalam urusan dunia. Upaya ini mendapat dukungan dari beberapa negara lain tetapi juga penolakan keras dari AS. Misalnya, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio memutuskan untuk tidak hadir dalam pertemuan menteri luar negeri G20 di Johannesburg, sementara Menteri Keuangan AS Scott Bessent melewatkan pertemuan menteri keuangan G20 untuk fokus pada urusan domestik.

Perpecahan ini mencapai puncaknya saat Ramaphosa menandatangani undang-undang pengambilalihan tanah, yang memicu protes dari Trump dan penasihatnya, Elon Musk. Trump bahkan membatalkan bantuan kepada Afrika Selatan dan menawarkan status pengungsi kepada minoritas kulit putih di sana. Situasi ini semakin memperdalam retakan antara kedua negara. Meski demikian, Afrika Selatan tetap berkomitmen untuk mencari konsensus di antara anggota G20 sebelum pertemuan puncak pada bulan November.

Berbagai tantangan ini tidak mengurangi tekad Afrika Selatan untuk memajukan agenda reformasi global. Negara tersebut percaya bahwa lembaga-lembaga pasca Perang Dunia II harus berevolusi agar lebih mewakili tatanan global baru. Dengan harapan bahwa suara Global South tidak hanya menjadi catatan kaki, tetapi juga pusat perhatian dalam sistem internasional yang ada, Afrika Selatan terus berjuang untuk meraih konsensus di tengah ketidakpastian politik dan diplomasi internasional.

More Stories
see more