Persidangan kasus penembakan bos rental mobil, Ilyas Abdurrahman, di rest area KM45 Tol Tangerang-Merak mengekspos detail mendalam tentang insiden tersebut. Samsul Bahri alias Acung, seorang karyawan rental, memberikan keterangan penting mengenai momen-momen terakhir korban dan situasi kekacauan yang terjadi saat itu. Acung menyatakan bahwa Ilyas sempat mengucapkan kalimat Tauhid sebelum meninggal dunia. Dia juga menjelaskan kronologi peristiwa mulai dari suara tembakan pertama hingga evakuasi korban ke rumah sakit.
Insiden berawal ketika Acung sedang berada di dekat tim rental yang memegangi terdakwa, Sersan Satu Akbar Adli, di rest area KM45 Tol Tangerang-Merak. Tiba-tiba, dia mendengar suara letusan tembakan dari arah kirinya, tepatnya dari mobil Sigra. Suara tembakan kedua membuat anak korban, Agam Muhammad Nasrudin, lari dari lokasi, dan Acung pun ikut melarikan diri ke samping minimarket. Dia kemudian melihat pak Ramli terkapar sambil mengeluh panas.
Acung menjelaskan bahwa setelah mobil Brio meninggalkan lokasi, dia baru keluar dari tempat persembunyiannya. Rekan kerjanya, Syamsul Bachri alias Agus, berteriak bahwa ada orang yang tertembak. Acung masuk ke minimarket dan menemukan korban terkapar dengan darah berceceran. Saat itu, korban masih hidup dan sempat mengucapkan kalimat Tauhid. Acung turut membantu memasukkan korban ke dalam mobil XPander untuk dibawa ke rumah sakit. Barulah setelah itu, dia mengetahui bahwa korban terluka di bagian dadanya karena tertembak.
Setelah situasi sedikit mereda, Acung dan tim lainnya membantu memasukkan korban ke dalam mobil XPander untuk evakuasi ke rumah sakit. Di minimarket, kondisi korban masih stabil dan sempat mengucapkan kalimat Tauhid. Namun, saat tiba di Rumah Sakit Obat Balaraja, informasi tentang nasib korban menjadi tidak jelas. Acung mengaku tidak yakin apakah korban masih hidup atau telah meninggal dunia saat itu.
Momen-momen terakhir korban diceritakan dengan sangat mendalam oleh Acung. Dia menjelaskan bahwa korban masih dapat berbicara dan mengucapkan kalimat Tauhid saat berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Hal ini mencerminkan kekuatan spiritual korban di detik-detik terakhir hidupnya. Selain itu, Acung juga mengungkapkan rasa takut dan kebingungan yang dialami selama proses evakuasi. Dia dan tim rental berusaha semaksimal mungkin untuk membantu korban, namun situasi yang genting membuat mereka harus berhati-hati agar tidak menjadi korban selanjutnya.