Pencapaian kerajaan Majapahit dalam memperluas wilayah kekuasaannya mencakup berbagai daerah strategis di Nusantara. Salah satu penaklukan yang paling menonjol adalah Kerajaan Haru, sebuah entitas politik yang kuat di bagian utara Pulau Sumatera. Dalam masa kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit berhasil menundukkan Kerajaan Haru, membuka jalan bagi dominasi mereka di wilayah tersebut. Sebelumnya, Kerajaan Haru dikenal sebagai pemain penting di lautan dengan armada kapal yang mengesankan, mampu mengendalikan lalu lintas maritim melalui Selat Malaka. Keberhasilan ini mencerminkan keahlian militer dan diplomasi Majapahit.
Sejarawan dan literatur kuno mencatat peranan penting Kerajaan Haru dalam sejarah regional. Menurut Kakawin Nagarakretagama, karya sastra abad ke-14, Kerajaan Haru tercatat sebagai salah satu wilayah yang berada di bawah naungan Majapahit. Serat Pararaton juga menyebutkan bahwa Kerajaan Haru menjadi target Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada, menegaskan tekadnya untuk mempersatukan Nusantara. Catatan Tomé Pires, seorang pelancong Portugis, mendeskripsikan kebesaran armada laut Haru, yang mampu mengontrol jalur perdagangan melalui Selat Melaka pada zamannya. Sulalatus Salatin pun menunjukkan bahwa kekuatan Kerajaan Haru setara dengan Malaka dan Pasai, dua pusat perdagangan terkemuka pada masa itu.
Berkat penaklukan Kerajaan Haru, Majapahit tidak hanya memperkuat posisinya di Nusantara tetapi juga mengamankan kontrol atas jalur perdagangan penting di Selat Malaka. Langkah ini bukan hanya mengekspansi wilayah geografis tetapi juga meningkatkan pengaruh ekonomi dan politik Majapahit. Pengendalian jalur perdagangan ini memberikan kesempatan bagi Majapahit untuk bertumbuh menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan pentingnya kerja sama dan persatuan dalam mencapai tujuan bersama serta membangun peradaban yang maju dan stabil.