Perubahan geopolitik global yang signifikan menjadi fokus utama di Konferensi Keamanan Munich. Wakil Presiden AS, JD Vance, mendapat kritik tajam atas sikapnya terhadap Eropa dan Rusia-Ukraina, sementara Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menawarkan pendekatan yang lebih akomodatif. Hal ini memicu pertanyaan tentang kemungkinan China mengambil alih peran AS sebagai pemimpin dunia. Beberapa faktor mendukung potensi ini, termasuk kebijakan luar negeri China yang lebih inklusif dan peningkatan partisipasi Beijing dalam urusan internasional.
Dalam konferensi tersebut, Wang Yi mampu meredakan ketegangan dengan menyampaikan pesan yang lebih ramah kepada para pemimpin Eropa. Dia menegaskan bahwa China melihat Eropa sebagai mitra strategis dan siap berperan aktif dalam upaya perdamaian regional. Pendekatan ini bertujuan untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Eropa dan mendukung stabilitas global melalui kerja sama bilateral.
Berbeda dengan sikap agresif JD Vance yang memperburuk hubungan transatlantik, Wang Yi berhasil memposisikan China sebagai pihak yang dapat dipercaya. Ia menawarkan solusi pragmatis untuk konflik Ukraina-Rusia dan berkomitmen untuk mendalaminya kerja sama ekonomi dengan Jerman. Dengan demikian, China menunjukkan dirinya sebagai pilihan yang lebih stabil dan andal bagi Eropa dalam menghadapi tantangan geopolitik modern. Langkah-langkah ini telah memperkuat posisi China sebagai pemain penting di panggung internasional, serta meningkatkan kepercayaan para pemimpin global terhadap kebijakan luar negeri Beijing.
Sementara itu, kecenderungan AS untuk menarik diri dari berbagai forum internasional telah menciptakan ruang kosong yang dapat dimanfaatkan oleh China. Banyak negara kini mencari alternatif baru untuk menjaga keseimbangan kekuasaan global. China, dengan kebijakan luar negeri yang lebih proaktif, tampaknya siap mengambil peran ini.
Profesor Graham Allison dari Harvard menyoroti bahwa jika AS terus mengabaikan komitmen internasionalnya, Beijing akan memiliki peluang besar untuk mengisi kekosongan tersebut. China telah melakukan investasi besar-besaran di berbagai wilayah, termasuk Asia dan Afrika, yang memperkuat pengaruhnya secara global. Selain itu, China juga telah berperan aktif dalam mediasi konflik di Afghanistan dan Timur Tengah, menunjukkan kemampuan diplomasi yang efektif. Faktor-faktor ini semakin memperkuat argumen bahwa China dapat menjadi alternatif yang layak bagi AS sebagai pemimpin dunia dalam beberapa dekade mendatang.